1. Ormas-ormas
keagamaan Islam sebaiknya menggunakan nama depan “Jamaah/Jemaat/Jam’iyyah”
sebagaimana perkumpulan-perkumpulan Kristen menggunakan nama depan “Gereja”
(misalnya gereja Katolik, Gereja Protestan, Gereja Ortodok, dsb) untuk
membedakannya dengan ormas-ormas non keagamaan.
2. Setiap
perkumpulan/ormas Islam sebaiknya memiliki Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
untuk mendidik calon-calon pemimpin perkumpulan masing-masing sebagaimana setiap
perkumpulan Gereja Nasrani memiliki seminari atau Sekolah Tinggi Teologia (STT)
untuk mendidik calon-calon pemimpin (pastor-pastor/pendeta-pendeta)
masing-masing.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seminari adalah tempat pendidikan bagi calon rohaniwan
Kristiani, entah itu Kristen yang mendidik pendeta atau
Katolik yang mendidik pastor.
Seminari berasal dari kata Seminarium dari bahasa Latin yang terbentuk dari
kata dasar semen, artinya benih. Maka, Seminari berarti tempat penyemaian
benih. Maksudnya, benih panggilan rohani yang ada pada seseorang, disemaikan
dengan pendidikan di Seminari. Di Gereja Katolik ada
jenjang Seminari Menengah (setingkat SMA) dan Seminari Tinggi (setingkat
perguruan tinggi). Seminari merupakan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh
pihak Kristen
(Katolik, Ortodoks maupun
Protestan)
serta Yahudi
untuk mendidik calon pemimpin agama mereka. Sekolah-sekolah ini kadang-kadang
disebut pula sekolah teologi. Sekolah Alkitab cenderung
memberikan pendidikan serupa, namun orientasi pendidikannya biasanya evangelikal atau fundamentalis.
3.
Setiap ormas Islam sebaiknya mengadakan
Madrasah Diniyah Tingkat Dasar sebagaimana perkumpulan-perkumpulan nasrani
mengadakan Katekisasi.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Katekisasi adalah bentuk dasar pelajaran agama, biasanya
disampaikan secara lisan dan di bawah bimbingan seorang orang tua, pendeta atau pastor, guru agama,
atau orang-orang lain yang memegang jabatan tertentu di gereja (termasuk diakon, biarawan atau biarawati
yang mengajukan serangkaian pertanyaan dan memberikan petunjuk kepada para
siswanya untuk memahami jawaban-jawaban yang diberikan. Kateketik adalah
praktik pengajaran ini, atau pembelajarannya, termasuk latihan dalam memberikan
pengajaran ini. [1]
Katekumen adalah orang yang terlibat dalam pengajaran keagamaan ini.
Katekisasi
atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν (katekhein),
yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran.
Dalam perjanjian baru misalnya, Lukas 1:4, Kisah
Para Rasul 18:25, 21:21, 24, Roma 2:17-18,1 Korintus 14-19,dan Galatia 6:6. Disimpulkan
bahwa arti kata Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti
intelektualistis tetapi lebih kepada arti praktis, yaitu mengajar atau
membimbing seseorang, supaya ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
Katekisasi yang berlangsung dalam gereja berarti, kegiatan pengajaran iman yang membimbing
seseorang (atau beberapa) agar ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
Katekisasi tidak semata-mata melakukan transfer pengetahuan Alkitab,
melainkan lebih menekankan pada upaya menyampaikan pemahaman isi Alkitab. Oleh
karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah kegiatan pengajaran yang
penting tentang iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta katekisasi
(katekisan atau calon warga sidi jemaat), sehingga melalui katekisasi warga gereja
dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus
Kristus sehingga sanggup menghayati, mentaati dan melaksanakan imannya
dalam keluarga, gereja dan masyarakat (Efesus 4: 12-13).
Dalam
katekisasi biasanya memiliki kurikulum seperti pada gereja GPIB melalui ketetapan
sidang sinode XIV 1986. Kurikulumnya memiliki kurang lebih 48 kali pertemuan
dalam enam pokok bahasan yang setiap akhir sub pokok pembahasan akan ada
evaluasi rutin sebelum peneguhan. Lamanya seorang Katekisan menjalani masa ini
tergantung pada peraturan gereja tempat ia berkatekisasi. Berikut pokok bahasan
yang biasa digunakan:
Pembinaan Warga Gereja
- Sejarah Katekisasi
- Katekisasi & Sidi dalam lingkup gereja
- Evaluasi
Alkitab
- Sejarah penulisan Alkitab
- Fungsi
- Struktur pembagian perjanjian lama
- Tema-tema perjanjian lama
- Struktur pembagian perjanjian baru
- Tema-tema perjanjian baru
- Evaluasi
Ajaran Gereja
- Sejarah pengakuan iman dan pemahaman iman
- Ke-tritunggal-an Allah
- Allah Bapa
- Yesus Kristus
- Roh Kudus
- Kerajaan Allah
- Manusia
- Dosa, Anugerah, Pengampunan, Pertobatan dan Hidup baru
- Pengertian Sakramen
- Sakramen Baptisan
- Sakramen Perjamuan
- Manusia dan Lingkungan Hidup
- Pemberdayaan Sumber daya Insani
- Pemahaman Iman
- Evaluasi
Konteks Gereja
- Panggilan dan pengutusan Gereja
- Gereja dan Negara
- Sejarah Gereja umum
- Sejarah Gereja di Indonesia
- Gerakan ke-esaan
- Aliran-aliran di sekitar dan di dalam Gereja
- Sejarah Gereja (mis. GPIB, GKP, HKBP,Dll)
- Struktur dan penatalayanan Gereja
- Fungsionaris Pelayanan Gereja
- Evaluasi
Ibadah dan Berdoa
- Ibadah persekutuan
- Doa, Puasa dan Reatreat
- Nyanyian Ibadah dan Musik Gereja
- Hari-hari raya Gereja
- Tata Ibadah
- Simbol, perangkat dan penunjang ibadah
- Evaluasi
Kapita Selekta
- Mengenal Agama & Kepercayaan lain di Indonesia
- Etika pergaulan
- Perkawinan
- Rumah tangga
- Etos kerja
- Evaluasi
Akhir
dari proses Katekisasi, peserta katekisasi akan menerima Peneguhan
Sidi atau peneguhan atas pengakuan iman percaya mereka. Menurut R. J. Porter
peneguhan sidi adalah, peneguhan yang bukan sakramen tapi berkaitan dengan
sakramen-sakramen. Baptisan dewasa dilayankan bersama peneguhan sidi. Baptisan
usia anak kemudian dilanjutkan dengan sidi, maka hal ini peneguhan sidi adalah
kesempatan untuk mengakui iman di hadapan jemaat sebagai pernyataan, bahwa
janji orangtua telah ditepati dan sang anak percaya kepada Yesus
Kristus. Melalui peneguhan sidi, seseorang diterima sebagai anggota jemaat
yang bertanggung jawab untuk mengambil bagian dalam pelayanan jemaat, dan
diijinkan dalam perjamuan kudus.
Peneguhan sidi adalah bagian dari pengakuan
iman dalam gereja-gereja Protestan. setelah melakukan katekisasi,
seseorang bisa diteguhkan melalu peneguhan sidi oleh Pendeta Jemaat
melalui Upacara Liturgi di hadapan sidang jemaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar